5 Tips Cara Hidup Bahagia Dunia Akhirat

Hidup bahagia Kebahagiaan menjadi kian mewah dan tidak semua orang mendapatkannya. Mari kita belajar bagaimana cara hidup bahagia dun…
Kebahagiaan menjadi kian mewah dan tidak semua orang mendapatkannya. Mari kita belajar bagaimana cara hidup bahagia dunia akhirat meski kehidupan yang sedang kita jalani tidaklah mudah.

Betapapun hambatan, rintangan dan cobaan tiap hari terus datang bertubi-tubi. Hidup ini harus terus berlanjut, tidak boleh kandas di tengah jalan. Apalagi menyerah pada suatu keadaan dimana himpitan tersebut adalah produk sistem kegagalan yang diciptakan oleh manusia.

Menurut KBBI, bahagia adalah suatu keadaan atau perasaan senang dan tenteram. Yakni, keadaan bebas dari segala hal yang menyusahkan. Kesusahan yang dialami oleh tiap orang berbeda-beda. Ada yang terkait masalah hutang piutang, kondisi keluarga yang kurang harmonis, anak yang susah diatur, persaingan karir dan sebagainya.

Jika anda berteriak dalam hati,

Aku ingin bahagia ya Allah ...

Maka sejak saat ini, keinginan tersebut haruslah segera diubah menjadi suatu kebutuhan. Ingin identik dengan kehendak atau hasrat dimana ketika hal tersebut tidak tercapai juga tidak menjadi sebuah permasalahan yang berarti.

Namun jika hidup bahagia tersebut menjadi kebutuhan, maka sama halnya dengan kebutuhan makan dan minum. Ketika hal tersebut tidak terpenuhi pastinya ada kondisi dimana tubuh tidak dapat berjalan secara optimal. Itulah kebutuhan, sifatnya harus terpenuhi. Maka, hidup bahagia adalah sebuah kebutuhan. Harus terpenuhi dan harus diupayakan, dengan metode yang tepat.

Cara Hidup Bahagia Dunia Akhirat

Hidup bahagia atau kebahagiaan jika merujuk pada kitab suci Qur'an memiliki beberapa kondisi yang perlu dipahami. Antara lain, berada di tempat yang disenangi (54:55) yakni taman-taman dan sungai-sungai bagi orang yang bertakwa. Kebahagiaan itu untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan (13:29). Kebahagiaan digambarkan dalam kondisi hidup kekal di Surga yang telah disiapkan oleh Allah SwT.

Pertanyaannya, bagaimana mendapatkan itu semua?

Surga tentunya hanya didapatkan ketika seseorang telah berada di kampung akhirat. Lantas apakah kebahagiaan hanya dapat dirasakan kelak di surga? Tidak. Kebahagiaan juga dapat dirasakan semenjak manusia berada di dunia. Yakni, bagi mereka yang bersedia menjalankan ajaran agama (Islam) yang hakiki.

Hidup bahagia itu ketika hati merasa tentram, tenang dan senang dikarenakan 4 hal, antara lain, Pertama, selalu mendapati jalan keluar (way out) untuk setiap permasalahan yang dihadapi, Kedua, tercukupinya  segala kebutuhan hidupnya, Ketiga, berbagai kemudahan dalam urusannya, Keempat, terhapusnya segala kesalahan serta dilipatgandakannya ganjaran atas segala amal baik yang dikerjakan (65:2-5).

Dengan begitu, keberkahan hidup senantiasa akan dirasakan dalam kondisi apapun. Bahkan ketika tampak susah sekalipun. Bisa jadi orang lain melihat seseorang hidup serba dalam keterbatasan dan kesederhanaan, namun ternyata orang tersebut justru lebih bahagia, tenang dan tentram hatinya.

Syaratnya cuma satu, berjalanlah di jalan Tuhan.

Berikut ini tips cara hidup bahagia dunia akhirat (3:133), antara lain:

1. Infaq

Infak/Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta untuk kebaikan di jalan Tuhan, termasuk memberi untuk kemanusiaan seperti membantu korban bencana maupun untuk meringankan beban fakir miskin. Infak dalam keadaan lapang maupun sempit sesuai dengan kemampuan. Penekanannnya disini adalah keistiqomahan (kontinyuitas) bukan pada besar atau kecil nominal yang diberikan (kuantitas). Yakni, pembiasaan diri untuk mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki.

Infaq yang merupakan bagian dari sedekah merupakan tema menarik lintas negara dan agama. Telah banyak pembahasan tentang manfaat sedekah, bahkan ust. Yusuf Mansyur dikenal secara khusus mengangkat tema keutamaan sedekah dalam berbagai kesempatan taushiyahnya. Tidak habis-habisnya pembicaraan seputar keajaiban sedekah dan infaq.

Agama (Islam) telah memberikan perumpamaan bagi orang yang menginfaqkan hartanya tersebut. Yakni, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji (2:261). Dalam konteks kebutuhan, infaq saat kondisi lapang maupun sempit merupakan sebuah metode atau cara hidup bahagia dengan tercukupinya berbagai kebutuhan.

Tidak hanya berdimensi transendental dan spiritual, keutamaan sedekah atau memberi ini memiliki berbagai macam manfaat. Menurut GreaterGood, aktivitas memberi berhubungan dengan keluarnya hormon Oksitosin. Dalam diri manusia, hormon tersebut dapat mendorong perasaan nyaman atau gembira.

2. Menahan amarah

Marah merupakan respon manusiawi atas suatu kondisi yang mungkin sulit untuk diterima. Wajar jika seseorang marah. Akan tetapi, kondisi marah ini harus dikelola, di-manage agar tidak menjadi sifat dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Bahkan hingga muncul istilah anger management (manajemen kemarahan), yakni suatu program psiko-terapeutik untuk mengurangi sifat mudah marah yang diidap oleh seseorang.

Amarah memiliki efek negatif untuk diri seseorang maupun untuk lingkungannya, baik jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Kemarahan yang tidak diredam atau tidak mampu dikontrol justru akan berakhir pada penyesalan. Mungkin anda pernah mengalaminya?.

Segala tindakan yang didasari oleh amarah bersifat dangkal dan jauh dari pikiran akal sehat. Tidak hanya merugikan diri sendiri, keluarga dan orang lain pun tidak jarang ikut menderita akibat seseorang tidak mampu mengendalikan amarahnya. Jadi, menurut NHS UK (2 Maret 2015), marah merupakan kondisi normal dari seseorang. Akan tetapi hal itu justru menjadi sebuah problem yang nyata ketika seseorang tidak mengontrolnya dan justru membiarkan liar.

Dari sini kita menjadi paham, mengapa harus menahan amarah. Bukan tidak pernah marah. Akan tetapi menahannya menjadi tetap dalam kontrol. Sehingga kemarahan tersebut tidak sampai merenggut kebahagiaan hidup seseorang.

3. Memaafkan orang lain

Setelah belajar untuk menahan amarah, selanjutnya untuk mendapatkan hidup bahagia dunia akhirat maka kita harus belajar pula untuk memaafkan orang lain. Maaf (meminta dan memberi) tidak semudah diucapkan. Butuh suatu pembiasaan dan kerelaan ikhlas lahir dari hati agar dapat secara tulus memaafkan orang lain.

Tidak jarang, penderitaan seseorang justru bermula dari keengganannya untuk memaafkan kesalahan orang lain. Boleh jadi, kesalahan orang lain memang keterlaluan dan sulit untuk dimaafkan. Akan tetapi, ketika seseorang tidak mampu memaafkan orang lain, hal itu justru menggerogoti kebahagiaan hidupnya. Hari-hari dalam menjalani hidup dipenuhi oleh dendam.

Memaafkan orang lain memilki banyak manfaat. Menurut VeryWellMind, memaafkan orang lain berhubungan dengan kondisi kesehatan organ jantung seseorang. Hal ini tentunya berhubungan dengan kesehatan jangka panjang. Karena kemampuan seseorang untuk memaafkan kesalahan orang lain mampu menyetabilkan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah serta pemulihan stress.

Jika Tuhan saja memiliki sifat Maha Memaafkan, Mengapa kita sebagai manusia tidak mau memaafkan orang lain?. Memaafkan orang lain tidak bisa dilihat dari dimensi untung rugi. Karena pada dasarnya, 'forgive' atau memaafkan justru meningkatkan kemampuan diri sendiri. Lepas dari stres serta fokus pada produktivitas dan kreativitas. Tujuan akhirnya, hidup bahagia dunia akhirat akan tercapai.

4. Senantiasa berbuat baik

Sebagai manusia, sebagai insan, kita disebut berada dalam kerugian oleh Tuhan Allah SwT. Kecuali orang-orang yang beriman, ber-amal sholih, saling menasihati dalam hal kebenaran dan saling pula menasihati dalam kesabaran (103:1-3).

Kebaikan yang dikerjakan dengan penuh cinta dan kasih sayang sebagai respon spontan dalam setiap kesempatan memungkinkan seseorang mendapatkan kesuksesan sejati (dalam huffingtonpost). Segala kebaikan yang dikerjakan oleh seseorang akan menjelma sebagai kebaikan dasar, dimana kebaikan dasar tersebut memiliki manfaat untuk dunia.

Dan, manfaat untuk dunia tersebut memiliki manfaat untuk seseorang yang bersangkutan. Itu artinya, kebaikan yang ditujukan untuk 'semesta', untuk orang lain dan lingkungan pada dasarnya adalah kebaikan yang diperuntukkan untuk diri sendiri. Inilah suatu rumus cara hidup bahagia dan tenteram yang dijalani oleh tokoh-tokoh hebat dunia.

5. Stop, berhenti atas segala dosa

Terakhir, kebahagiaan itu meski merupakan sebuah kesederhanaan akan tetapi membutuhkan perjuangan dan kesungguhan yang melibatkan jiwa raga. Keseriusan dalam menjalani dan mengupayakannya. Yakinlah, tidak ada hidup bahagia tanpa pembiasaan hidup positing, tenggang rasa, saling menghormati hak dan kewajiban orang lain hingga turut serta menjaga kelestarian lingkungan dan makhluk hidup lainnya.

Ketika poin terakhir ini menggunakan kata 'dosa', seakan-akan terelasikan dengan ibadah-ibadah mahdhah yang hanya bersifat vertikal. Seperti tidak menjalankan sholat bagi muslim, atau enggan pergi beribadat untuk pemeluk agama lainnya. Akan tetapi sebenarnya bukan seperti itu. Bukan sebatas 'dosa' yang berhubungan dengan keberadaan surga dan neraka.

Dosa yang dimaksud adalah segala perbuatan yang melanggar aturan Tuhan. Semuanya. Termasuk aturan yang mengatur hubungan antara sesama makhluk. Menghargai perasaan orang lain dengan menjaga tutur kata yang baik juga termasuk aturan Tuhan. Bahkan membuang sampah pada tempatnya atau menjaga kebersihan, keindahan lingkungan pun termasuk aturan Tuhan.

Harus ada sebuah iman. Yakni, kompleksitas keyakinan bahwasannya ketika seseorang atau kita melanggar aturan Tuhan (berbuat dosa), maka pada saat itu pula poin kebahagiaan kita akan berkurang. Tanpa harus dihukum oleh orang lain. Kebahagiaan akan terenggut.

Misalnya, seseorang yang melakukan korupsi tanpa sepengetahuan orang lain pun akan merasakan berkurangnya nilai kebahagiaan tersebut. Hatinya berkecamuk. Rasa tenang hilang darinya. Perasaaan takut dan waswas senantiasa menghantui setiap waktu. Jika demikian, hidup bahagia akan jauh darinya.

Selain 5 point tips diatas, insyaAllah tentunya masih banyak lagi yang bisa diterapkan sebagai cara hidup bahagia dunia akhirat. Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Terimakasih.